Memaksakan kehendak kepada anak, Boleh nggak ya?

Memaksa anak menuruti orangtua




Memaksakan kehendak kepada anak bukanlah sesuatu yang bijak.

Aslinya,
Setiap orang tua Pasti menghendaki punya anak yang baik, pintar, cerdas, nurut dan patuh pada orang tua. Tidak ada satu orangtuapun yang ingin anaknya jadi anak yang malas, nakal, tidak nurut sama orang tua. 

Tetapi ternyata tidak semua anak itu patuh dan taat kepada orang tua, mengikuti apa yang dikatakan oleh orang tua.

Bahkan, ada anak-anak tertentu yang suka membangkang dan membantah apa yang dikatakan oleh orangtua. Sesekali mereka berani kepada orang tua. Berani membantah kata-katanya. Menyanggah ucapannya.

Idealnya sih, anak selalu menurut dan taat kepada orangtua. Selama apa yang dikatakan oleh orangtua adalah kebaikan dan kebajikan. Selama apa yang dikatakan oleh orang tua adalah sesuatu yang baik dan tidak merugikan siapapun.

Tetapi kenyataannya, di luar sana ada banyak anak yang tidak baik tabiat dan karakter. Tidak baik ini, bisa dinilai dari:
- Banyak menonton televisi
- Suka main game 
- Tindakan kekerasan

Semua adalah hasil pergaulan dengan teman-teman. Pengaruh dari teman dekat yang punya tabiat dan karakter buruk.


Orangtua protektif anak



Orangtua karena sayang dan cinta kepada anak, maka mereka lebih banyak melakukan protektif tindakan pencegahan.
Tindakan pencegahan ini bisa dimulai dari melarang anak untuk bermain dengan teman-teman yang nakal dan berkarakter buruk. Melarang anak untuk main game di android dan smartphone. Melarang anak untuk banyak penonton televisi dengan adegan kekerasan.

Semua larangan orang tua ini dalam rangka untuk membantu tumbuh kembang anak menjadi baik dan terhindar dari tontonan yang tidak mendidik.

Tapi terkadang niat baik dari orang tua ini tidak bisa diterima oleh mereka begitu saja. Banyak di antara mereka yang berani membantah dan menyanggah ucapan orangtua. 

Dalam bahasa mereka, orangtua kejam karena telah melarang mereka untuk menonton televisi, melarang mereka untuk bermain android dan smartphone, melarang mereka untuk bermain dengan teman-temannya.

Maka untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, orangtua harus membangun komunikasi yang intensif dengan anak-anaknya. Semua dalam rangka untuk mencegah kesalahpahaman antara anak dengan orangtua. Agar tidak terjadi miskomunikasi dan salah persepsi diantara mereka.

Memang orang tua punya otoritas terhadap putra putrinya. Apalagi jika mereka masih berusia di bawah akil baligh atau di bawah usia 10 tahun. Orangtua bisa menggunakan otoritasnya untuk memaksa anak.

Bisa menggunakan pandangan mata yang tajam. Bisa menggunakan tangan untuk mencegahnya. Tapi bayangkan saja, jika mereka sudah berusia diatas 15 tahun. Apakah orangtua akan tetap melakukannya? 

Tidak mungkin orangtua memaksa anak yang usia 15 tahun ke atas untuk berhenti menonton televisi. Tidak mungkin orangtua melarang anak untuk main android dan smartphone. Tidak mungkin orangtua mencegah anak untuk bermain bersama teman-teman sebayanya.

Nah, untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, maka orangtua harus membangun dan menjalin komunikasi terbaik dengan putra putrinya.


Sikap orangtua terhadap anak




Dalam pandangan ilmu modern, seorang anak mau taat dan patuh pada orangtua bukan karena takut, bukan karena terpaksa tetapi karena mereka merasa apa yang dikatakan oleh orangtua adalah benar.

Dan ini yang seharusnya terjadi pada utra putri kita. Yakinkan, anak tidak takut kepada orangtua tetapi sayang kepada orangtua.
Anak tidak kuatir terhadap orangtua setelah mereka cinta pada orang tua.

Dengan munculnya komunikasi yang baik, akan timbul rasa kasih sayang antara orangtua dengan anaknya.

Maka anaknya akan mudah sekali untuk dibina dan dibimbing. Putra putri Anda akan mudah untuk diarahkan ke jalan yang baik dan benar.

Ini adalah otoritas yang harus dibangun oleh orang tua sejak dini. Maka sejak anak berusia 3 hingga 4 tahun, orangtua harus mulai membina mereka dengan komunikasi yang baik dan intensif.

Bukan marah begitu saja. Bukan marah dan ngomel-ngomel ketika melihat anak melakukan kesalahan. 

Betapa takut dan sedihnya anak-anak ketika mereka melakukan kesalahan kecil tetapi mereka dimaki dan dimarahi.

Betapa susahnya anak ketika mereka melakukan salah dan khilaf, padahal mereka tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah suatu kesalahan dan kekhilafan. 

Mereka merasa minder, kuatir dan takut karena telah melakukan kesalahan tetapi tahukah anda bahwa sifat anak adalah berubah.

Mereka menggunakan memori jangka pendek. Mereka akan segera lupa apa yang terjadi satu jam Setelah itu.

Maka jangan heran ketika anak melakukan kesalahan, kita koreksi kita benarkan dengan ucapan dan kata-kata yang tinggi dan kasar. Semua hanya akan mewarnai karakter negatif mereka. Bahkan, mereka akan mengulangi hal itu kembali.

Jangan salahkan anak-anak karena anak-anak sedang menggunakan memori jangka pendek. Mereka lupa apa yang dikatakan orang tua kemaren. Mereka lupa dengan nasehat dan saran dari orangtua yang diberikan kepadanya kemarin. Anak-anak taunya adalah waktu sekarang, saat ini.

Belum ada Komentar untuk "Memaksakan kehendak kepada anak, Boleh nggak ya?"

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar anda di sini......

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel