7 Tahapan Menjadi Orangtua Terbaik

9 Tahapan Panduan Parenting dan Pengasuhan Anak yang sangat Penting


Tahukah anda bahwa ilmu "parenting" adalah ilmu yang tidak ada habis-habisnya. Mengapa? karena Parenting adalah ilmu yang objeknya adalah anak anak. Di mana anak kita tiap hari tumbuh kembangnya selalu berubah-ubah.

Kita selalu berharap bahwa anak-anak kita, tumbuh kembang menjadi pribadi yang baik, efektif, luar biasa. Sehingga mereka akhirnya menjadi pribadi-pribadi yang luar biasa, pengertian, pintar, cerdas. Akhirnya mereka menjadi anak yang soleh Solehah.

Untuk mencapai karunia ini semua, tidak semudah membalik telapak tangan. Ada perjuangan besar yang harus dilakukan oleh orangtua. Ada upaya besar yang dilakukan oleh orangtua agar memiliki putra-putri yang diidam-idamkan seperti kriteria di atas.

Inilah 7 tahapan agar kita bisa menjadi orangtua yang dicintai anak. Orangtua yang bisa membimbing dan mengantar anak menuju sukses, pintar, prestasi. Akhirnya pantas untuk menerima karunia Allah berupa anak soleh Solehah.

1. Pacu semangat dan motivasi mereka


Satu hal sangat penting yang harus di tunjukkan pada diri anak kita adalah semangat dan antusias. Semangat dan antusias ibarat Sebuah gergaji yang mampu menembus batang pohon yang keras sekalipun. Semangat dan antusias adalah bahan bakar bagi anak-anak untuk bangkit dan tumbuh kembang menjadi pribadi-pribadi yang luar biasa. \

Dengan memiliki semangat dan antusias, anak-anak akan mudah sekali untuk bangkit dari keterpurukan. Anak-anakan mudah sekali menemukan solusinya. Dengan semangat dan antusias, anak-anak akan jauh dari rasa lelah, letih dan malas.

Masalah terbesar yang dihadapi oleh orangtua adalah ketika anak-anak merasa malas. Mereka dihinggapi rasa malas. Menhilangkan rasa malas bukanlah sesuatu yang mudah. Tetapi ketika malas sudah menghinggapi pikiran dan jiwa anak-anak dan ia sudah menjadi darah daging, bahkan menjadi karakter. Maka ini sangat berbahaya.

Bisa dibayangkan, bagaimana rasanya jika anak-anak punya rasa malas dan itu mengendap dalam jiwanya yang Terdalam. Tiap hari isinya adalah malas. Inilah contoh kemalasan yang jarang  di sadari anak:
- Bangun tidur, Malas
- Mau berangkat ke kamar mandi untuk mandi, malas
- Persiapan sekolah, malas
- Berangkat ke sekolah, malas
- Sesampai di sekolah mengerjakan tugas dari guru, malas
- Sampai di rumah, malas
- Di rumah disuruh tidur siang, malas
- Sore, persiapan berangkat untuk mengaji, malas
- Waktu sholat datang, malas
- Malam hari persiapan belajar untuk besok pagi, malas
- Menjelang tidur, malas

 Malas adalah penyakit yang sulit untuk dihilangkan. Bahkan, yang lebih berbahaya lagi jika mereka tidak menyadari bahwa ini adalah penyakit. Mereka tidak menganggap ini adalah masalah. Mereka menganggap biasa-biasa saja. Mereka menganggap ini adalah karakter mereka. Ini persepsi yang sangat berbahaya.

Maka tugas utama orangtua adalah menumbuhkan semangat dan antusias dalam diri anak-anak. Kabar baiknya, anak-anak bisa ditumbuhkan rasa semangat dan antusias sejak mereka masih dini. Gimana caranya? Tentu dengan mendidik dan melatih anak-anak untuk semangat dan antusias.
- Bangun tidur, semangat dan antusias
- Pergi ke kamar mandi untuk mandi, semangat dan antusias
- Berangkat ke sekolah, semangat dan antusias
- Mendengarkan ilmu dan menyerap ilmu dari guru, semangat dan antusias
- Istirahat agar nanti malam bisa belajar tanpa mengantuk dan lelah
- Semangat dan antusias untuk segera pergi tidur agar besok pagi tidak mengantuk ketika sekolah


2. Kenalkan anak dengan kebaikan


Ada orangtua yang lupa untuk mengenalkan kebaikan dan kebajikan kepada anak-anak. Banyak orangtua yang berpikir bahwa anak-anak akan tahu dengan sendirinya bahwa ini baik, itu baik. Para orangtua tidak sadar bahwa anak-anak dalam kondisi nol,  mereka kosong, mereka netral. Mereka belum bisa menilai bahwa sesuatu itu baik atau buruk. Mereka tidak punya alasan untuk melakukan kebaikan dan kebajikan karena tidak tahu. 

Maka ketika anak melakukan kesalahan, baik kecil atau besar kita tidak bisa serta-merta menyalahkan mereka. Kita sebagai orangtua perlu untuk mawas diri dan intropeksi diri. Ternyata, anak-anak tidak tahu bahwa kebaikan itu sangat baik untuk dilakukan. 

Bisa jadi mereka enggan melakukan kebaikan karena tidak tahu bahwa kebajikan itu sangat baik untuk dilaksanakan. Mereka tidak tahu bahwa kebaikan yang mereka lakukan itu bermanfaat pada diri mereka sendiri. 

Mereka tidak tahu bahwa kebaikan yang mereka kerjakan itu berdampak pada dirinya tidak hanya di dunia ini tapi hingga akhirat kelak. Maka sebagai orang tua, kita perlu menanamkan kepada anak-anak rasa cinta kebaikan, rasa sayang mengerjakan kebajikan.

Jangan sampai anak-anak ketika mengerjakan kebaikan dan kebajikan mereka merasa rugi dan menyesal. Tanamkan kepada mereka bahwa kebaikan adalah tabungan dan investasi mereka. Kebaikan sebagai investasi yang jangka panjang yang nilainya akan naik bahkan berlipat lipat. Jika mereka mengerjakan kebaikan satu kali saja, maka mereka akan menerima balasan kebaikan mereka itu berkali-kali lipat bahkan ratusan bahkan ribuan kali lipat.

Kita bisa mencontoh Allah ketika memerintahkan hamba-hambaNya untuk melakukan kebaikan. Maka Allah memberikan janji dan balasan pahala yang berlipat-lipat kepada orang yang melakukan kebaikan. Allah akan melihat kebaikan itu walaupun sekecil biji kurma. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al Quran : 

يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
“(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Luqman: 16).


Maka kita sebagai orangtua, sudah selayaknya untuk selalu menginspirasi dan memotivasi anak-anak. Agar selalu melakukan kebaikan dan kebajikan dalam setiap waktunya, dalam setiap saatnya. Dengan mengenalkan kebaikan dan kebajikan kepada anak-anak, otomatis kita menutup pintu keburukan-keburukan dari mereka. 

Ketika seseorang melakukan kebaikan maka dia tertutup dari melakukan keburukan. Begitu juga sebaliknya, ketika seseorang mengenal keburukan maka ia tertutup untuk melakukan kebaikan pada saat yang sama.

3. Membatasi anak dan disiplin


Sebagai orangtua kita perlu untuk membatasi aktivitas anak-anak setiap hari. Mulai dari aktivitas bermain, menonton TV, memegang Android, smartphone dan belajar. 

Apa tujuan dari disiplin dan pembatasan waktu ini? Tujuan dari pembatasan waktu dan disiplin ini adalah dalam rangka untuk membantu anak-anak memiliki karakter, kepribadian dan kontrol diri yang baik. 

Kita tahu bahwa masa anak-anak adalah masa bermain. Maka jika tidak dikendalikan, mereka akan selalu berusaha untuk bermain dalam semua aktivitasnya. Semua akan diisi dengan permainan dan permainan. Mereka senang dan bahagia dengan permainan dan bermain karena dunia mereka adalah dunia bermain. 

Memang tidak ada yang salah dengan bermain. Bermain baik bagi anak-anak tetapi jika bermain yang bebas, lepas tanpa batasan. Maka bermain ini sangat tidak baik bagi anak-anak. Mengapa? karena anak belum bisa menetapkan waktu, berapa lama mereka perlu bermain. Berapa lama mereka keluar bermain bersama teman-temannya. 

Maka sebagai orangtua, kita perlu untuk menetapkan waktu dan disiplin terhadap waktu yang sudah kita tetapkan ini. Agar anak terbiasa disiplin dan ini akan menjadi habit (kebiasaan) mereka. Dengan terbiasa melakukan aktivitas bermain selama 30 sampai 40 menit maka anak-anak akan berhenti dari aktivitas bermain itu. 

Saat mereka terbiasa menonton televisi selama 25 menit, maka mereka akan terbiasa berhenti ketika sudah 25 menit. Begitu juga dengan menonton Youtube di Android, smartphone. Saya membiasakan anak saya untuk melihat dan menonton Youtube di Android, smartphone selama 10 sampai 15 menit. Sehingga ketika waktu menonton habis, mereka akan menyerahkan handphone itu dengan sukarela tanpa paksaan dan tanpa marah-marah.

4. Anak-anak butuh teladan nyata


Banyak orangtua yang tidak sadar, bahwa anak-anak belajar dari orangtua selama 24 jam. 
- Mungkin ada diantara kita yang mengalami kesulitan menasehati anak anak
- Banyak di antara kita yang kesulitan untuk menghentikan anak bermain handphone dan smartphone - Banyak yang kesulitan ketika mencegah anak-anak untuk jajan berlebihan
- Banyak diantara orangtua yang merasa frustasi ketika ucapannya tidak didengar
- b=Banyak orangtua yang kecewa ketika kata-katanya tidak diindahkan,ketika nasehatnya tidak         digubris.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan nasehat orangtua. Tidak ada yang salah dengan tutur kata dan ucapan orangtua. Tidak ada yang salah dengan orang tua.Sama sekali tidak. 

Perlu kita garis bawahi, bahwa anak anak adalah peniru yang ulung. Mereka melihat apa yang dikatakan oleh orang tua. Mereka melihat apa yang diucapkan oleh orangtua. Mereka melihat tindakan nyata orang tua. 

Ketika anda menyuruh anak untuk belajar dan membaca buku tetapi anda menonton TV dan bermain youtube di Android, maka wajar jika kata-kata anda tidak didengar.
Anda melarang anak-anak untuk main YouTube tetapi anda sendiri suka main YouTube maka wajar jika larangan anda tidak digubris.
Anda melarang anak-anak untuk jajan berlebihan tetapi anda sering shopping dan belanja ke mall.  Pulang bawa belanjaan yang banyak. Maka wajar jika kata-kata anda tidak didengar oleh anak.

Anak meneladani orangtua, mau atau tidak mau. Suka tidak suka. Maka sudah seyogyanya bagi kita orangtua untuk berpikir dua kali ketika akan melakukan sesuatu yang kira-kira berpotensi untuk ditiru oleh anak-anak.

5. Membangun komunikasi efektif dengan anak


Banyak di antara kita orang tua yang kata-katanya tidak didengar, ucapannya tidak digubris. Mungkin kita merasa kesal dan marah tetapi kita perlu mawas diri dan instropeksi diri. Mengapa kata-kata kita tidak didengar oleh orang anak-anak. 

Ternyata kita jarang membangun komunikasi yang efektif dengan anak-anak. Kita seringnya hanya ngomong ketika anak melakukan kesalahan. Kita seringnya bicara ketika anak berbuat salah. Ketika anak melakukan kesalahan, kita marah-marah dan memvonis.

Ketika anak-anak melakukan tindakan tidak baik, kita menasehati dengan nada tinggi.

Memang tidak ada yang salah dengan nasehat orangtua tetapi ketika nasehat, tutur kata orangtua diberikan kepada anak ketika mereka melakukan kesalahan. Maka ini sangat tidak efektif.

Bangunlah komunikasi ketika anak sedang senang dan bahagia. Brikut bebrapa tips membangunkomunuikasi dengan anak:
- Puji dia ketika dia melakukan kebaikan dan kebajikan
- Sanjung dia ketika dia rajin belajar
- Kasih dia pujian ketika dia bisa mandi sendiri, menata buku sendiri, berangkat sekolah sendiri 
- Kasih dia senyum, ketika dia melakukan suatu tindakan kebaikan nyata
- Tanggapi dengan antusias, ketika dia menceritakan kebaikan dan kebajikan yang dikerjakan di sekolah 
- Tanggapi dengan serius dan antusias, ketika bercerita bahwa ia telah menolong temannya ketika bermain.

Komunikasi efektif ini akan menjadi jembatan efektif antara kita sebaai  orangtua dengan anak-anak. Anak akan merasa dihargai kata-katanya. Anak-ana akan merasa dicintai oleh orangtuanya.

6. Fleksibel dalam mendidik anak


Setiap orangtua Pasti ingin punya anak-anak yang pintar, pandai, berprestasi di sekolah, punya Akhlak Yang Mulia. Terbiasa berkata sopan santun, senyum, salam sapa ketika bertemu dengan tetangga, saudara, teman. 

Ini adalah impian dan harapan setiap orangtua tapi sebagai orangtua kita tidak bisa memaksa ini kepada anak-anak. Mereka adalah pribadi yang dibentuk karakternya oleh orang tua, guru dan lingkungan. Mereka bisa mencapai semua itu secara bertahap sedikit dengan demi sedikit, lama-lama menjadi karakter dan kebiasaan. 

Ketika anak kita kurang pandai, tidak bisa serta-merta kita ikutkan les dan kursus agar dia menjadi anak yang hebat dan pintar begitu saja. Ketika anak kita kuper, kurang pergaulan kita tidak bisa serta-merta menyuruhnya untuk keluar rumah, bermain bersama teman-teman agar dia menjadi pribadi yang supel. 

Tentu tidak bisa terjadi begitu saja. Semua butuh proses, bimbingan dan pendampingan dari orangtua, guru dan masyarakat. 

Tugas orangtua adalah mengantarkan anak-anak menjadi pribadi yang merasa bahwa mereka memiliki harga diri. Orangtua perlu menanamkan kepada anak bahwa mereka berarti,pribadi yang dibutuhkan oleh banyak orang. Orang tua perlu menanamkan kepada anak bahwa mereka punya masa depan yang masih panjang. Dan semua perlu diperjuangkan dari sekarang.

7. Tunjukkan bahwa anda mencintai mereka


Tahukah anda bahwa ternyata banyak anak yang merasa tidak dicintai dan disayangi oleh orang tuanya. Dalam persepsi mereka, orang tua sadis, pemarah dan suka ngomel. Ini adalah persepsi yang perlu diluruskan dan dibenarkan. 

Bayangkan saja, betapa besar perjuangan dan pengorbanan orangtua untuk anak-anaknya sejak mereka dalam kandungan, ketika mereka dilahirkan, ketika mereka belajar berdiri. Ini adalah sebuah perjuangan dan pengorbanan yang tidak bisa dianggap remeh. 

Anak perlu tahu perjuangan dan pengorbanan orangtua. Ini agar mereka bisa berusaha untuk menjadi anak yang baik, taat orang tua, menghormati orang tua. Bahkan mendoakan orang tua. Salah satu cara agar anak-anak tahu adalah dengan menunjukkan bahwa anda sebagai orangtua mencintai dan menyayangi mereka. 

Berikan dan  curahkan cinta serta kasih sayang anda depan mereka. Tunjukkan bahwa cinta dan kasih sayang Anda Bukan Hanya berupa uang, materi tetapi berupa cinta dan kasih sayang. Anda bukan hanya berupa pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tunjukkan kasih sayang dan cinta anda dengan senyum. Tunjukkan cinta dan kasih sayang anda dengan menggendongnya. Tunjukkan kasih sayang anda dengan mengajaknya jalan-jalan. Tunjukkan kasih sayang anda dengan membangun komunikasi yang efektif setiap hari.

Ayah bunda yang berbahagia, inilah beberapa tahapan untuk membangun Parenting yang lebih baik. Semoga kita oleh Allah diberi kemudahan untuk menjadi orang tua yang sehat yang bisa menjadi teladan nyata bagi anak-anak. mengantarkan mereka menjadi pribadi yang luar biasa, pinter, soleh solehah serta mendoakan orangtua.


Abi Daril Hasan, Writer, Intrepreneur



Belum ada Komentar untuk "7 Tahapan Menjadi Orangtua Terbaik"

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar anda di sini......

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel